Berada 1 komplek dengan Candi Asu Sengi sekitar 500 meter di sebelah tenggara dekat dengan Sungai Pabelan. Candi Pendem terletak ditengah sawah penduduk pada koordinat 07° 31’ 550” LS dan 110° 21’ 113” BT dengan posisi yang lebih rendah sekiar 3 meter dari permukaan tanah lainnya, hal ini lah yang menjadikan candi ini disebut Candi Pendem yang artinya candi yang tertimbun. Candi Pemdem memiliki bentuk bujur sangkar berukuran 10,9 x 10,9 meter, terbuat dari batu adesit. Candi ini hanya menyisakan bagian kaki dan sebagian tubuh bagian bawah. Motif hiasan berupa sulur gelung yang keluar dari jambangan, di tengah ikal sulur terdapat burung bangau yang membuka sayapnya, panil tersebut diapit pilaster yang sebelahnya terdapat relief Ghana. Terdapat pula lubang seperi sumur ditengah candi seperti pada Candi Asu Sengi. Diperkirakan pembangunan candi bersamaan dengan Candi Asu Sengi pada abad IX Masehi pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala Mataram Kuno ke-8 tahun 855 – 885 Masehi.
Terletak di lereng Gunung Merapi tepatnya Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun tepatnya pada koordinat 07° 31’ 650” LS dan 110° 21’ 097” BT. Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 8,08 x 8,08 meter, candi ini tak beratap lagi yang tersisa hanya tinggal kaki dan sebagai tubuh saja diperkirakan runtuhnya atap candi dikarenakan gempa merapi pada masa lalu. Candi Asu merupakan Candi Hindu peninggalan Mataran Kuno/Hindu dari Trah Wangsa Sanjaya. Ada 2 versi terkait penamaan candi ini. Ada yang menyebut bahwa nama “ASU” diberikan karena sewaktu candi ini pertama kali ditemukan ada sebuah patung Lembu Nandhi yang wujudnya telah rusak dan lebih mirip menyerupai Asu (yang berati anjing), dan “SENGI” merupakan nama desa dimana candi tersebut berada, maka warga menyebutnya dengan CANDI ASU SENGI. Versi lain menyebut bahwa nama “ASU” berasal dari bahasa Jawa ngoko yaitu ASO (MENGASO) yang berarti beristirahat, karena candi ini diperkirakan digunakan oleh para peziarah masa lampau untuk beristirahat dengan melakukan pemujaan. Hal itu bisa jadi benar, karena di dalam candi ini ada semacam lubang seperti sumur yang digunakan sebagai tempat pemujaan yang ditujukan kepada seorang tokoh tertentu atau arwah seorang raja. Beberapa prasasti ditemukan dekat lokasi candi ini yaitu Prasasti Sri Manggala I (874 M) dan Sri Manggala II (876 M) selain itu juga ditemukan Prasasti Karambitan I dan II, diperkirakan Candi Asu Sengi ini dan candi disekitarnya yaitu Candi Pendem dan Candi Lumbung dibangun pada sekitar tahun 869 M semasa Rakai Kayuwangi dan Wangsa Sanjaya berkuasa. Dalam prasasti-prasasti tersebut disebutkan bahwa Candi Asu Sengi merupakan tempat suci untuk melakukan pemujaan, baik pemujaan kepada arwah leluhur maupun para arwah raja-raja serta dewa-dewa